Senin, 02 Januari 2012

Synaesthesia

Synaesthesia adalah suatu kondisi orang yang sedang dalam pengaruh zat halusinogen, ataupun kondisi dimana orang bisa memproyeksikan pikirannya pada orang lain. Banyak halusinogen dikenal sebagai penyebab berbagai tahap synaesthesia, yaitu terbentuknya gambaran menurut indera tertentu akibat rangsangan indera lain. Dalam kondisi ini orang bisa mengaku "mendengar" warna, "mengecap" bentuk, ataupun "melihat" suara. Perubahan kesadaran seseorang sesungguhnya sering terjadi pada berbagai macam tingkatan tidur. Begitu seseorang berpindah dari kondisi sadar menjadi tidur, ia memasuki kondisi hypnogogic, dimana pola paling umum yang terlihat adalah bentuk-bentuk geometris, selain itu banyak pula yang melihat bayangan wajah berkelebat, mendengar namanya dipanggil-panggil, mendengar bunyi-bunyian secara acak, atau potongan musik, bahkan mencium aroma makanan atau aroma parfum. Juga dalam periode antara tidur dan sadar kembali pikiran berada dalam kondisi hypnopompic, otak yang merasakan seakan mengalami mimpi sadar. Banyak zat halusinogen mendatangkan pengalaman "seperti mimpi", indera makin kuat, dan beberapa mimpi yang mendatangkan kebijaksanaan dan perasaan menyatu dengan alam semesta. Halusinogen juga mendatangkan apa yang disebut dengan "mimpi tinggi" atau pengalaman pemakaian zat halusinogen untuk "memanggil" kembali pengalaman masa lalunya, atau memicu potensi yang sebenarnya sudah ada di otak manusia.
Selama ini orang sering menganggap pengalaman halusinogen dan mimpi biasa nilainya tetap lebih rendah dibandingkan pengalaman nyata. Tetapi ada pendapat, tidakkah pengalama dalam kondisi mental yang berubah justru menjadi salah satu cara membebaskan manusia dari pola pikir yang kaku? bukankah dalan kondisi ini kita mampu mengakses semua kemampuan otak manusia yang masih tersembunyi.

Halusinogen Banisteriopsis

Banisteriopsis Caapi adalah sejenis anggur yang berasal dari hutan Amazon dan lembah sungai Orinoco yang terletak di daerah Kolombia dan Ecuador. Bila batang atau bunganya direbus atau direndam air kemudian diracik dengan bahan-bahan alami lainnya semacam dedaunan pepaya muda, maka hasilnya adalah bahan halusinogenik yang  oleh suku indian Huichol mereka sebut Yaje atau ayahuascha (anggur bagi sang jiwa). Upacara minum yaje sangat lazim bagi dukun wanita indian yang disebut Amaru menyiapkan kendi tempat abu sembahyang bagi roh-roh nenek moyang. Setelah minum yaje, mereka merasakan gejala mulai dari pusing, berkeringat, gemetar, kejang, mual dan muntah, diare, dan keluarnya lendir dari hidung, merasa diteror rasa takut (takut dikejar- kejar, takut akan kematian atau lazim disebut dengan paranoia). Tapi setelah itu, sungguh luar biasa, pemakai yaje akan merasa berpindah ke dunia bayangan yang tiada batasnya, yang sangat indah sejelas pemandangan pada kehidupan nyata. Demikian juga untuk sang dukun yang memimpin upacara, roh nya "bebas menjelajah", ia mampu melihat dan berkomunikasi dengan nenek moyang dan para dewa, roh berbagai binatang, dan bahkan roh-roh manusia pra-sejarah. Terbuka pula kesempatan untuk mempelajari berbagai pemahaman dan ilmu pengetahuan alam semesta hingga jawaban atas berbagai macam misteri. Ramuan yaje biasa juga digunakan dengan cara dioles pada kulit, melalui hidung. Senyawa kimia Harmine pada ramuan yaje. Halisinogen memang bertindak sebagai pemicu munculnya pengalaman dan kemampuan perseptif yang sebenarnya potensinya sudah ada di otak manusia. Buktinya, praktik dukun tidak selalu menggunakan zat halusinogenik, banyak dukun mendapatkan kondisi "trance" cukup dengan memukul genderang, irama genderang yang berulang dalam jangka waktu lama akan mengganggu sirkuit otak sehingga menyebabkan perubahan indera penerimaan, dapat juga melalui berbagai macam meditasi, tarian yang hiruk-pikuk, mantera-mantera, ataupun berpuasa dengan tujuan meningkatkan kemampuan mental.

Senin, 05 Desember 2011

Penelitian Tentang Pusat Kegembiraan Di Otak

Kalau daerah tertentu dari sistem limbik dirangsang dengan elektroda, seseorang akan marah dan ada keinginan yang kuat untuk menyerang, tapi apakah emosi positif itu juga berpangkal pada otak? Pada tahun 1950 James Olds dan Peter Milner sedang meneliti ketika secara tidak sengaja justru berhasil menjawab pertanyaan tadi. Pada saat itu mereka sedang meneliti tentang daerah di otak yang disebut dengan daerah menghindar (avoidance region). Waktu daerah ini dirangsang, tikus percobaan memperlihatkan reaksi seolah-olah berada dalam keadaan sakit yang luar biasa. Kemudian tikus tersebut berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghindarkan diri dari rangsangan yang menyakitkan tadi. Suatu saat Milner dan Olds secara tidak sengaja menaruh elektroda di daerah otak yang salah waktu tikus itu sudah berada di ujung sangkarnya, shock listrik diberikan, mereka berharap tikus ini akan lari ke belakang atau menghindar seperti yang selalu terjadi terhadap tikus lainnya, tapi tikus tersebut malah bergerak ke depan. Olds dan Milner memberikan rangsangan lagi dan reaksinya adalah sama, tikus tersebut tampaknya seperti gembira dan menikmatinya. Apa yang terjadi? waktu Milner memeriksa letak jarum elektrodanya ternyata jarum tersebut tidak berada di daerah pembentukan retikularis seperti yang seharusnya tapi di daerah sistem limbik. Terlihat jelas bahwa rangsangan pada daerah itu dapat menimbulkan reaksi gembira.

Percobaan dilakukan sedemikian rupa dengan menyediakan semacam tuas yang dihubungkan dengan aliran listrik. Tikus itu dapat menggerakkan tuas itu untuk memperoleh aliran listrik yang mengena langsung pada daerah sistem limbik di otaknya. Terlihat bahwa rasa nikmat itu demikian hebat sehingga tikus tersebut terus mengulanginya menekan tuas itu sebanyak 5000 kali dalam 1 jam. Meski haus, lapar ataupun ingin kawin, tampaknya dia lebih memilih untuk menekan tuas itu meskipun ketika mereka dalam keadaan senang, mereka tidak begitu peduli pada rasa sakit di tubuhnya. beberapa tikus begitu senangnya menekan tuas dan memperoleh kenikmatan terlalu banyak, sehingga pada akhirnya pingsan karena kelelahan.

Sekarang banyak psikolog semakin yakin bahwa hewan menyusui termasuk manusia memiliki sirkuit-sirkuit dalam otak yang berhubungan dengan kesenangan, dan sirkuit tersebut rupanya terletak di hampir seluruh permukaan otak termasuk frontal lobe dari cortex. Kita belum mengetahui sampai saat ini bagaimana cara kerja daerah tersebut. Beberapa ilmuwan perilaku berpendapat bahwa sebelum dilahirkan manusia sudah di programkan untuk mengalami dua macam kenikmatan. Reseptor rangsangan indera yang berhubungan dengan kenikmatan di daerah tertentu di otak akan menjadi aktif bila ada kebutuhan biologis seperti lapar, haus, pemenuhan kebutuhan itu akan menimbulkan rasa lega sebagai suatu kenikmatan yang ringan dan juga kegembiraan. Harapan akan kegembiraan ini dapat dipandang sebagai insentif yang mendorong hewan itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perangsangan yang berpusat pada kenikmatan tampaknya tidak dapat terus memberikan kenikmatan sepanjang waktu. Keinginan terus-menerus merangsang pusat kenikmatan mungkin (dan mungkin tidak) di pengaruhi oleh kebutuhan sesaat yang mendesak. Terdapat juga bukti bahwa pusat kenikmatan terangsang sewaktu hewan belajar dan mengingat, dalam hal ini neurotransmitter dopamin turut berperan.

Bagaimana orang akan bereaksi bila pusat kenikmatan di otaknya memperoleh rangsangan? Sejak awal tahun 1950-an dr Robert Heath telah sering menggunakan perangsangan terapeutik untuk mengobati penderita keluhan nyeri menahun dan untuk mengendalikan tipe perilaku problematis tertentu. Pada salah satu usahanya, Heath dan teman-temannya mencoba menolong orang yang tiba-tiba terserang tidur yang amat dalam, kelemahan otot, kegiatan impulsif, sebuah gejala dari dua orang pria yang menderita epilepsi. Para peneliti ini menaruhkan sejumlah elektroda ke dalam otak pasien. Enam bulan setelah pria itu sembuh dari pembedahan, dimulailah pengamatan, pasien tersebut dapat merangsang daerah otak tertentu dengan cara menekan tombol yang dipasang pada ikat pinggangnya. Perangsangan pada daerah tertentu menimbulkan perasaan "nyaman dan nikmat" atau "gairah seksual" atau menghilangkan "pikiran jahat" atau menimbulkan "rasa dingin". Perangsangan daerah lain menimbulkan rasa "mabuk". Penelitian yang dilakukan oleh Heath dan teman-temannya memperlihatkan bahwa manusia tidak terlalu rakus untuk menekan tombol itu secara terus-menerus seperti tikus percobaan. Pasien menekan tombol kenikmatan dengan berbagai macan tujuan disamping agar merasa gembira. Pada beberapa orang, tombol ditekan untuk memperoleh kenangan masa lalu atau untuk menghilangkan gejala tertentu. Perangsangan untuk memperoleh kenikmatan itu tampaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang menggembirakan seperti apa yang diharapkan. Terhadap kemungkinan orang akan tergantung pada perangsangan otak seperti itu, nampaknya tidak menimbulkan persoalan serius.

Pembedahan untuk mengendalikan perilaku yang kejam dan penuh kekerasan seringkali disebut sebagai bedah psikologis. Beberapa psikolog yakin bahwa bedah otak untuk tujuan pengobatan dapat dibenarkan karena dapat menolong banyak orang, misalnya, terlalu sering marah, murung, agresi, terlalu aktif dan nyeri berkepanjangan. Para ahli bedah syaraf berpendapat bahwa merangsang dan mencatat kegiatan dari otak banyak membantu dokter mengenali dan menghancurkan jaringan yang menimbulkan masalah tanpa harus menganggu jaringan lain yang masih baik. Tapi banyak pula ilmuwan perilaku meragukan bedah otak dengan alasan :
-sirkuit otak tertentu memainkan peran ganda
-peta otak manusia masih dianggap kasar dan belum lengkap
-bedah otak tidak mungkin diperbaiki kembali
-akibat bedah otak dalam jangka panjang yang sulit diketahui



beberapa kasus pengadilan akhir-akhir ini juga masih menunggu bedah otak ini, yang mula-mula nampak bermanfaat, namun justru menimbulkan masalah serius, dan khawatir bedah psikologis akan disalahgunakan.

Senin, 21 November 2011

Penelitian Tentang Meditasi

       


Meditasi di bagi menjadi 2 yaitu :
-meditasi konsentrasi (hindu, budha, zen).
-meditasi sikap penuh perhatian.

Meditasi sikap penuh perhatian adalah jalan menuju perubahan kepribadian. Dalam menggunakan sikap penuh perhatian orang tidak perlu mengatur arus kesadaran, tapi berusaha mencapai kesadaran penuh terhadap setiap dan semua isi jiwa. Disini orang tidak membiarkan perhatian terpusat pada perasaan atau pikiran tertentu, melainkan berusaha mempertahankan sikap menjadi saksi yang netral terhadap semua perasaan dan pikiran. Dalam permulaan pendekatan ini memerlukan sikap penuh perhatian dimana orang yang bermeditasi mengadapai setiap pengalaman, setiap peristiwa kejiwaan, seolah semua itu baru terjadi untuk pertama kalinya.

Ia membatasi perhatiannya sekedar untuk mencatat setiap moment kesadaran secara berturut-turut. Apabila kemudian muncul rentetan asosiasi, kategorisasi, reaksi afektif jiwa, orang yang bermeditasi melakukan hal-hal itu juga sebagai objek perhatian semata-mata. Ia tidak menolak juga tidak mengejarnya, melainkan segera mengeluarkan dari kesadaran setelah orang itu mencatatnya. Orang yang bermeditasi memberikan nilai sama untuk masing-masing dan setiap objek kesadaran. Ia tidak mengistimewakan sesuatu sebagai figur kognitif dan juga tidak membuangnya sekedar menjadi latar belakang.

Sangat sulit pada permulaan, melepaskan diri dari kebiasaan persepsi dan berpikir seseorang dengan cara seperti ini. Orang akan terus menerus terseret dalam suatu rentetan pikiran, dan membiarkan sikap penuh perhatiannya buyar. Sikap penuh perhatian bekerja dengan baik apabila konsentrasi orang yang bermeditasi cukup kuat untuk menjaga agar jiwa selalu siap mencatat setiap persepsi dan pikiran. Tapi konsentrasi ini tak boleh begitu kuat, sampai-sampai proses ini berhenti manakala sikap penuh perhatiannya meningkat. Ilusi normal tentang kontinuitas jiwa dan pikiran logis dipatahkan, orang mukai menyadari satuan-satuan acak dan terpisah-pisah dengan mana secara terus menerus jiwa membangun suatu kenyataan. Bila sikap penuh perhatiannya begitu kuat sehingga berupa kesinambungan tanpa sesuatupun momen kelupaan, maka mulailah tahap kedua proses ini yaitu tahap pemahaman atau insight (vipassana). Datangnya pemahaman ini ditandai oleh persepsi yang semakin halus dan semakin tepat terhadap aneka kegiatan jiwa. Orang kemudian menginsyafi bahwa jiwanya dalam keadaan terus-menerus berubah dan menyaksikan kombinasi-kombinasi faktor jiwa yang begitu banyak, yang mengalir di dalamnya. Jiwa yang bersifat selalu berubah dan impersonal ini menyebabkan orang pada akhirnya ingin melarikan diri dari dunia pengalaman. Akhirnya pemahaman mencapai puncaknya dalam nibbana, yaitu berhentinya secara total proses kejiwaan yang disebut keadaan "nirvana". Dalam nirvana orang tidak mengalami apapun juga tidak ada kebahagiaan atau ketenangan hati.

Nirvana adalah keadaan yang lebih hampa dari pada jhana.
Dalam abidhamma, nirvana dikatakan membawa perubahan yang radikal dan kekal pada keadaan jiwa seseorang. Inilah jalan menuju kepribadian yang sehat. Orang telah membasmi kecenderungan laten faktor yang tidak sehat. Jika nirvana semakin dalam maka faktor yang tidak sehat tidak akan muncul dalam jiwa seseorang. Seorang meditator yang dapat mencapai tahap ini disebut Arahat.
Rune Johansson dalam 'The Psychology Of Nirvana' (1970) telah memilih sumber-sumber dari abidhamma sifat-sifat kepribadian sehat arahat :
  • Bebas dari : ketamakan terhadap hasrat-hasrat inderawi, kecemasan, kebencian, ketakutan, aneka macam dogmatisme (bahwa inilah atau itulah yang benar), kemuakan terhadap kondisi-kondisi seperti kehilagan, dipermalukan, rasa sakit, dipersalahkan, perasaan hawa nafsu atau marah, pengalaman-pengalaman penderitaan, kebutuhan akan peneguhan, kenikmatan atau pujian, keinginan akan sesuatu untuk diri sendiri melebihi hal-hal pokok dan diperlukan.
  • Kaya dengan : sikap netral terhadap orang lain dan tenang dalam situasi kesiapsiagaan dan kegembiraan dalam menghadapi pengalaman secara tenang, tak peduli apakah pengalaman itu biasa saja atau malah membosankan, perasaan belas kasihan yang kuat dan kebaikan hati yag penuh kasih, persepsi yang cepat dan tepat, ketenangan dan ketrampilan dalam bertindak, keterbukaan pada orang lain dan kepekaan terhadap kebutuhan mereka.

Senin, 14 November 2011

Penelitian Tentang Cinta


Cinta Passionate


Cinta merupakan hubungan sosial atau penetrasi sosial antar individu. Cinta lebih dari sekedar rasa suka yang kuat. Sebagian besar dari kita tahu ada orang yang kita sukai tapi tidak kita cintai dan sebagian dari kita bahkan merasakan cinta passionate terhadap orang yang tidak terlalu kita sukai. Salah satu riset pertama yang mempelajari cinta romantis menghasilkan sejumlah pernyataan yang dipikir orang mencerminkan 'menyukai' dan 'mencintai' dan membentuk skala terpisah untuk mengukur masing-masingnya (Rubin 1973). Butir-butir pada skala menyukai menilai sampai tingkat mana orang lain dapat disukai dan dihormati, dihargai dan memiliki kedewasaan serta pertimbangan yang baik. Butir-butir pada skala cinta menilai 3 tema utama yaitu : rasa perlekatan ("sulit bagi saya untuk hidup tanpanya"...), rasa ingin memperhatikan orang lain ("saya akan melakukan apa saja untuk"...) dan rasa percaya ("saya rasa, saya dapat mempercayai...dalam hampir segala hal...").

Konsep cinta romantis adalah konsep kuno, tapi keyakinan bahwa hal itu berkaitan dengan perkawinan merupakan hal yang lebih mutakhir dan jauh dari universal. Pada masyarakat timur, perkawinan dianggap sebagai urusan yang saling mengikat dan berkaitan dengan masalah finansial yang tak ada sangkut pautnya dengan cinta. Pada sebagian masyarakat lain, kaitan antara cinta dan perkawinan menjadi semakin kuat dalam 25 tahun terakhir. Selama bertahun - tahun mahasiswa perguruan tinggi telah ditanya : "jika seseorang memiliki kualitas yang anda inginkan, apakah anda akan menikah dengan orang itu jika anda tidak mencintainya"?. Pada tahun 1967 sektar 65% pria, tapi hanya 24% wanita mengatakan bahwa mereka menolak menikah dengan orang tersebut (sebagian besar wanita tak memberi jawaban, hanya 4% yang mengatakan ya!)(Kephart 1967).

Pergerakan kewanitaan modern baru dimulai pada saat itu dan mungkin wanita tersebut lebih mungkin dibanding dengan wanita sekarang untuk menganggap perkawinan sebagai kondisi yang penting untuk keamanan finansial mereka sendiri. Saat survey diulangi tahun 1984, 85% pria menolak menikah tanpa cinta.
Beberapa ilmuwan sosial telah berupaya membedakan jenis-jenis cinta, salah satu perbedaan yang paling banyak diterima adalah Cinta Passionate dan Cinta Companionate.
Cinta Passionate didefinisikan sebagai keadaan emosional kuat dimana kehangatan dan perasaan seksual, elasi dan nyeri, kecemasan dan peredaan, altruisme dan cemburu berada bersama-sama dalam suatu campuran perasaan. Telah di duga bahwa pengalaman cinta passionate mengkombinasikan rangsangan fisiologis dengan persepsi bahwa rangsangan itu ditimbulkan oleh orang yang dicintai.
Sedangkan Cinta Companionate didefinisikan sebagai kasih sayang yang kita rasakan terhadap mereka yang sangat terlibat dalam kehidupan kita. Karakteristik cinta companionate adalah rasa saling percaya, memperhatikan, toleransi terhadap kelemahan dan idiosinkrasi (keanehan, keistimewaan) pasangan dan suasana emosional kehangatan dan kasih sayang ketimbang gairah emosi yang tinggi.

Banyak pria dan wanita muda pada survey tahun 1984 yang disinggung diatas menyatakan bahwa cinta menghilang dari perkawinan, hal itu telah menjadi alasan tepat untuk mengakhirinya. Orang-orang tersebut yang menyamakan cinta hanya dengan varian passionate lebih mungkin mengalami kekecewaan. Pasangan yang berhasil membina hubungan jangka panjang menyadari elemen companionate dari hubungan mereka. salah seorang peneliti menduga bahwa, saat hubungan berjalan terjadilah saling ketergantungan dan potensi untuk ikatan emosional yang kuat benar-benar meningkat. Hal ini dapat dilihat jika pasangan yang tlah lama mengalami perasaan kesepian yang kuat dan ingin sementara berpisah satu sama lain atau di dalam kesepian emosional yang biasanya dialami oleh orang yang kehilangan pasangannya yang telah lama. Tapi secara paradoksikal karena pasangan companoinate menjadi sangat cocok dan terkoordinasi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Frekwensi sesungguhnya ikatan emosional yang kuat biasanya cukup rendah, kepentingan cinta companionate diilustrasikan dalam penelitian yang membandingkan perkawinan yang telah lama di USA dimana suami istri menyatakan bahwa mereka menikah karena cinta dengan perkawinan di jepang yang telah diatur oleh orang tua. Seperti kita duga, perkawinan di USA dimulai dengan tingkat ekspresi cinta dan seks yang tinggi di banding dengan di jepang. Tetapi besarnya cinta yang diekspresikan menurun pada kedua kelompok setelah 10 tahun. Tapi meurunnya cinta yang terekspresi tidak selalu menyatakan kegagalan perkawinan. Banyak pasangan dalam penelitian ini melaporkan perkawinan yang sangat memuaskan, perkawinan yang telah berkembang menjadi cinta companionate yang mendalam ditandai oleh komunikasi antara pasangan, pembagian tugas yang seimbang, kekuatan pengambilan keputusan yang seimbang. Merupakan berita gembira bagi pendukung kesetaraan gender.
Klassifikasi cinta yang lebih mirip tapi terdifferensiasi yaitu terbagi menjadi 3 komponen : Keintiman adalah komponen emosional dan melibatkan kedekatan dan berbagi perasaan, Gairah (passion) adalah komponen motivasional yang mencakup daya tarik seksual dan perasaan romantic "sedang jatuh cinta". Komitmen adalah komponen kognitif yang mencerminkan keinginan seseorang untuk tetap mempertahankan hubungan. Dengan memgkombinasikan komponen diatas dijadikan 8 jenis hubungan cinta. Cinta Passionate : cinta infatuated dan cinta romantic keduanya ditandai dengan gairah tinggi dan komitmen rendah, cinta infatuated memiliki keintiman rendah sedang cinta romantic memiliki keintiman tinggi. Cinta Companionate memiliki keintiman dan komitmen yang tinggi tapi gairah yang rendah. Klassifikasi cinta yang lain didasarkan pada gaya perlekatan dewasa yang analog dengan gaya perlekatan pada masa bayi. Klasifikasi lain mengambil analogi warna dengan menyatakan 3 warna cinta primer dan 3 warna cinta sekunder. Tapi upaya terakhir untuk mengintegrasikan beberapa klasifikasi tersebut memberi hasil yang tidak konsisten.

Teori Organismic Kurt Goldstein

1. Struktur organisme
Organisme terdiri atas figur dan latar belakang. Figur adalah proses yang muncul dan menonjol dari setiap latar belakang aktivitas pokok yang dilakukan oleh individu. Tingkah laku terdiri atas : perbuatan (aktivitas yang dilakukan dengan sengaja), sikap (suasana hati, perasaan, pengalaman batin), dan proses (fungsi jasmaniah yang hanya dialami secara tidak langsung).

2. Dinamika organisme
 - proses ekualisasi atau pemusatan organisme : tujuan dari orang normal tidak hanya melepaskan tegangan
   membuatnya menjadi seimbang.
 - aktualisasi diri atau realisasi diri : bila orang lapar ia akan mengaktualisasikan diri dengan makan.
 - penyesuaian dengan lingkungan : lingkungan merangsang organisme atau merangsang dengan berlebihan
   hinga keseimbangan organisme terganggu, dilain pihak organisme tersebut mencari dari lingkungan apa
   yang dibutuhkan.

Senin, 10 Oktober 2011

Perkembangan Psikologis Manusia

Perkembangan adalah suatu rangkaian perubahan yang progresif, teratur dan koheren menuju kedewasaan. Prinsip ini menekankan bahwa berkembang itu secara eksplisit berarti maju terus dengan teratur.
Perkembangan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan secara berpasangan yang bekerja bersama dalam bentuk proses maturisasi (penyempurnaan, pelengkapan, dan pematangan alat-alat tubuh yang alamiah) dan proses learning (belajar melalui pengalaman, latihan dan pendidikan).
Dan akhirnya, perkembangan adalah sesuatu yang bersifat kontinyu.

1. Tahap perkembangan psikologis berdasar unsur-unsur biologis

Menurut pendapat Aristoteles :
- tahap 1 dari umur 0,0 s/d 7,0 adalah masa bermain.
- tahap 2 dari umur 7,0 s/d 14,0 adalah masa belajar atau masa sekolah rendah.
- tahap 3 dari umur 14,0 s/d 21,0 adalah masa pubertas dan peralihan dari anak-anak ke dewasa.

Menurut pendapat Kretschmer :
- tahap 1 dari umur 0,0 s/d 3,0 tubuh anak kelihatan pendek dan gemuk.
- tahap 2 dari umur 3,0 s/d 7,0 tubuh anak kelihatan langsing atau memanjang.
- tahap 3 dari umur 7,0 s/d 13,0 tubuh anak kelihatan gemuk kembali.
- tahap 4 dari umur 13,0 s/d 20,0 tubuh kelihatan langsing kembali.

Menurut Freud, energi psikologis dibagi menjadi Id, Ego dan Superego, fase perkembangannya adalah :
- fase oral, dari umur 0,0 s/d 1,0 mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik.
- fase anal, dari umur 1,0 s/d 3,0 dorongan dan tahanan terpusat pada fungsi-fungsi pembuangan kotoran.
- fase falix, dari umur 3,0 s/d 5,0 daerah alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
- fase laten, dari umur 5,0 s/d 12,0 impuls-impuls cenderung pada keadaan mengendap.
- fase pubertas, dari umur 12,0 s/d 20,0 impuls-impuls menonjol kembali, apabila impuls dapat dipindahkan
  oleh ego, maka sampailah pada fase genital.
- fase genital, yaitu individu yang telah siap untuk terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Tahap perkembangan berdasarkan instruksional.

Dasar-dasar instruksional dapat melalui beberapa kemungkinan yaitu :
- apa yang harus diberikan kepada anak didik pada masa tertentu.
- bagaimana cara mengajar atau menyajikan pengalaman belajar kepada anak didik pada masa tertentu.

Menurut Comenius :
- sekolah ibu (schola materna), untuk anak-anak umur 0,0 s/d 6,0.
- sekolah bahasa ibu (schola vernicula), untuk anak-anak umur 6,0 s/d 12,0.
- sekolah latin (scola latina), untuk anak-anak umur 12,0 s/d 18,0.
- akademi (academia), untuk remaja umur 18,0 s/d 24,0.

Menurut J. J. Rousseau :
- tahap 1 dari umur 0,0 s/d 2,0 adalah masa asuhan.
- tahap 2 dari umur 2,0 s/d 12,0 adalah masa pendidikan jasmani dan panca indera.
- tahap 3 dari umur 12,0 s/d 15,0 adalah masa pendidikan kal.
- tahap 4 dari umur 15,0 s/d 20,0 adalah masa pendidikan watak dan agama.

3. Tahap-tahap perkembangan berdasarkan psikologis.

Pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu pada tahun ke-3 dan tahun ke-4 dan kegoncangan pada masa pubertas.
- dari lahir sampai dengan masa kegoncangan pertama disebut masa kanak-kanak.
- dari masa kegoncangan pertama sampai dengan masa kegoncangan ke-2 disebut masa keserasian sekolah.
- dari masa kegoncangan ke-2 sampai akhir masa remaja disebut masa kematangan.

Menurut pendapat Piaget :
- fase senso-motorik yang berlangsung dari umur 0,0 s/d 2,0.
- fase pre-operational yang berlangsung dari umur 2,0 s/d 7,0.
- fase operational yang berlangsung dari umur 7,0 s/d 12,0.
- fase formal-operational dimulai dari sejak individu berumur 12,0.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia :

- faktor endogen yaitu sifat yang dibawa individu sejak lahir dan merupakan faktor keturunan.
- faktor hubungan individu dengan lingkungannya, berupa lingkungan fisik (tanah, air , udara) dan lingkungan
  sosial (interaksi antar individu, baik individu yang saling mengenal maupun yang tidak saling mengenal).