1. Fase rangsangan seksual
Mengacu pada respon anatomis dan fisiologis terhadap kegiatan atau pemikiran seksual yang merangsang dari titik paling rendah hingga rangsangan seks tinggi. Kebanyakan perubahan yang terjadi diakibatkan oleh peningkatan aliran darah ke dalam organ kelamin dan adanya perubahan lokal dalam pembuluh darah organ tersebut. Hal ini menyebabkan pembesaran dan pelumasan vagina dimulai 30 detik setelah rangsangan dan terjadi ekspansi dan distensi 2/3 bagian dalam vagina. Sumber pelumasan vagina seluruhnya bersifat intra-vaginal, karena cairan mungkin tetap tinggal di dalam vagina, kecuali dikeluarkan oleh jari atau karena pelumasan berat. Kadang-kadang satu atau kedua partner mempunyai asumsi yang salah, yaitu bahwa liang vagina yang kering berarti si wanita tidak bergairah. Kedua, walau perubahan fisiologis selama perangsangan seks mungkin berlanjut terus jika rangsangan seks dilanjutkan, terutama pada saat masturbasi. Pengalaman subyektif wanita merupakan deretan gelombang menaik dan menurunnya gairah atau ketegangan seks. Hal ini penting bagi wanita yang sulit bangkit gairahnya karena ia menjadi cemas jika gelombang gairahnya berkurang, kecemasan itu menghambat timbulnya gairah selanjutnya. Ketiga, kecepatan intensitas perubahan selama fase rangsangan sangat bervariasi pada setiap kegiatan seks pada wanita. Selama masturbasi fase biasanya cepat, beberapa wanita mampu orgasme dalam waktu 2 menit setelah mulai masturbasi. Hal ini sangat kontras dengan keyakinan yang dipegang teguh bahwa biasanya wanita jauh lebih lambat memberi tanggapan dibanding pria. Pada fase ini klitoris seringkali sangat sensitif, terjadi pembengkakan pada kepala klitoris dan memanjangnya batang klitoris, sehingga banyak wanita menganggap hubungan langsung pada kepala klitoris sangat menyakitkan. Pada fase ini labia major sedikit berpisah dan diameter meningkat, juga pada labia minor terjadi penebalan dan ekspansi, tubuh uterus terangkat dan leher uterus naik dari dasar vagina, juga terjadi ereksi puting susu (tidak pada semua wanita dan mungkin tertunda).
2. Fase Plateau
Fase ini merupakan tahap gairah atau ketegangan seksual yang tinggi. Selama ketegangan ini biasanya gairah seks agak mendatar. Ketegangan ini juga merupakan tahap yang mendahului tingkat ambang rangsang yang dibutuhkan untuk menimbulkan orgasme. Lamanya fase ini sangat bervariasi. Dalam fase ini terjadi pembengkakan 1/3 bagian luar vagina(orgasmis platform) mengarah ke penyempitan lubang vagina, distensi selanjutnya dari 2/3 bagian dalam vagina, Mundurnya kepala klitoris dan batang kedalam tudung klitoris dan menekan simfisis pubic, kadang-kadang partner wanita salah menduga bahwa hilangnya klitoris berarti wanita tidak bergairah lagi. Dalam fase ini terjadi pembesaran labia major lebih lanjut, perubahan labia minor menjadi merah gelap atau warna anggur, kenaikan uterus lebih lanjut, dan terjadi pembesaran buah dada dan pembengkakan areolar.
3. Fase orgasme
Munculnya orgasme di dahului oleh perasaan "orgasme tak terhindarkan". Orgasme mungkin ditimbulkan oleh refleks saraf sebagai respon terhadap vasokongesti genital luar. Orgasme diasosiasikan dengan perasaan nikmat yang bervariasi intensitasnya pada setiap kesempatan. Otot pubo-cocygeus berkonstraksi secara ritmis. Jumlah kontraksi bervariasi antara 5-15 kali. Tidak semua wanita menyadari kontraksi tersebut. Kontraksi dari 1/2 bagian luar vagina secara bertahap kemudian hilang. Juga terjadi kontraksi uterus pada bagian fundus hingga ke cerviks. Masih terjadi pembesaran buah dada dan perubahan warna pada labia major dan labia minor. Salah satu kesimpulan penting yang dicapai Masters dan Johnsons (1966) adalah tidak terdapatnya perbedaan fisiologis antara orgasme yang diakibatkan oleh rangsangan klitoris secara tidak lansung selama bersenggama dan yang terjadi sebagai tanggapan terhadap rangsangan klitoris secara langsung. Penemuan ini sedikit-banyak menggugurkan pendapat psiko-analis yang telah mendominasi bidang seksual wanita, bahwa "orgasme vaginal" bersifat superior dalam arti menunjukkan kematangan seksual yang lebih besar ketimbang "orgasme klitoris". Siklus respon seks wanita tampaknya tidak mencakup periode penyusutan (refractory) yang merupakan ciri khas respon seks pria. Jadi beberapa wanita mampu mengalami orgasme kedua segera sesuadah orgasme pertama tanpa kehilangan gairah dan lebih lagi dengan cara serupa, tapi hal ini tidak berlaku bagi semua wanita. Demikian juga jumlah orgasme yang mungkin dialami oleh seorang wanita tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan seksnya. Juga cukup lazim bahwa wanita tidak mengalami orgasme meski tingkat gairah seks sangat tinggi. berbeda dengan pria, beberapa wanita melaporkan bahwa mereka tidak begitu membutuhkan orgasme setiap kali bercinta. Apakah ini pengaruh fisiologis atau budaya? tidaklah jelas, akan tetapi partner prianya yang paling menginginkan bila si wanita dapat orgasme guna memenuhi kecemasan tentang kejantanannya. Tekanan psikologis semacam itu dapat mengganggu kenikmatan seksual wanita. Sebaliknya juga terdapat banyak wanita yang tidak pernah atau jarang orgasme dan hal ini membuat mereka sangat frustasi.
4. Fase resolusi.
Selama fase ini perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi dalam ke-3 fase sebelumnya dibalik hingga kembali normal. Seperti sebelum bergairah, fase ini disertai perasaan relaksasi dan kepuasan. Pada fase ini ditandai dengan hilangnya bengkak vagina dan distensi klitoris, turunnya cerviks dan kembali normalnya pembengkakan pada puting susu. Fase ini sangat penting dalam hubungan seks karena meski gairah seks tinggi dan orgasme seringkali merupakan pengalaman yang sangat pribadi. Saat ini merupakan saat dimana pasangan berbagi perasaan dan mengalami perasaan keakraban yang unik disertai perasaan relaksasi yang mendalam yang menyertai hilangnya ketegangan otot secara cepat. Sebaliknya jika partner saling menutup diri, hal ini menyebabkan perasaan penolakan yang dapat menodai pengalaman seks secara keseluruhan. Kecepatan terjadinya resolusi bervariasi menurut sifat sisa siklus respon seksual dan faktor lain misalnya, usia dan apakah wanita itu punya anak. Seperti halnya sering terjadi pada masturbasi, jika siklus respon seks cepat, maka resolusi juga berlangsung cepat. Jika siklus lebih panjang maka resolusi terjadi lebih lambat, resolusi juga lebih lambat bila keadaan ketegangan seks tinggi telah dicapai namun tanpa terjadi orgasme.