Senin, 26 September 2011

Memahami Gangguan Afektif

Seasonal Affective Disorder.


Hampir setiap orang pernah mengalami depresi. Situasi yang paling sering menyebabkan depresi adalah kegagalan di sekolah, tempat kerja, kehilangan orang yang dicintai dan kesadaran bahwa penyakitnya menghabiskan uang orang lain. Depresi dianggap abnormal hanya bila deperesi itu diluar kewajaran dan berlanjut sampai saat-saat dimana kebanyakan orang sudah pulih kembali.
Menurut teori psiko-analisa, depresi ditafsirkan sebagai suatu reaksi kehilangan (kehilangan orang yang dicintai, kehilangan kedudukan, dukungan moral dari teman). Orang depresi bereaksi dengan kehilangan itu dengan intens karena situasi baru itu membawanya kembali kepada semua bentuk ketakutan da perasaan kehilangan pada masa lalu yang terjadi pada masa kanak-kanak yaitu kehilangan kasih sayang orang tuanya. Karena beberapa hal kebutuhan individu tersebut akan kasih sayang dan perhatian tidak terpenuhi pada masa kecilnya. Suatu kehilangan dalam kehidupannya dikemudian hari dapat menyebabkan individu mundur (regress) pada keadaan tergantung dan tak berdaya ketika kehilangan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena sebagian dari perilaku orang depresi tersebut mencerminkan suatu jerita cinta, suatu tanda ketakberdayaan dan seruan untuk memperoleh kasih sayang dan rasa aman. Reaksi kehilangan bercampur dengan perasaan marah terhadap orang yang meninggalkan. Asumsi yang mendasari teori psiko-analisa ialah orang yang cenderung mendapat depresi telah belajar menekan rasa bencinya karena mereka takut ditinggalkan oleh mereka yang memberi dukungan kepadanya. Orang ini dapat pula salah kaprah dengan mengalihkan kemarahannya pada dirinya sendiri.