Senin, 05 Desember 2011

Penelitian Tentang Pusat Kegembiraan Di Otak

Kalau daerah tertentu dari sistem limbik dirangsang dengan elektroda, seseorang akan marah dan ada keinginan yang kuat untuk menyerang, tapi apakah emosi positif itu juga berpangkal pada otak? Pada tahun 1950 James Olds dan Peter Milner sedang meneliti ketika secara tidak sengaja justru berhasil menjawab pertanyaan tadi. Pada saat itu mereka sedang meneliti tentang daerah di otak yang disebut dengan daerah menghindar (avoidance region). Waktu daerah ini dirangsang, tikus percobaan memperlihatkan reaksi seolah-olah berada dalam keadaan sakit yang luar biasa. Kemudian tikus tersebut berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghindarkan diri dari rangsangan yang menyakitkan tadi. Suatu saat Milner dan Olds secara tidak sengaja menaruh elektroda di daerah otak yang salah waktu tikus itu sudah berada di ujung sangkarnya, shock listrik diberikan, mereka berharap tikus ini akan lari ke belakang atau menghindar seperti yang selalu terjadi terhadap tikus lainnya, tapi tikus tersebut malah bergerak ke depan. Olds dan Milner memberikan rangsangan lagi dan reaksinya adalah sama, tikus tersebut tampaknya seperti gembira dan menikmatinya. Apa yang terjadi? waktu Milner memeriksa letak jarum elektrodanya ternyata jarum tersebut tidak berada di daerah pembentukan retikularis seperti yang seharusnya tapi di daerah sistem limbik. Terlihat jelas bahwa rangsangan pada daerah itu dapat menimbulkan reaksi gembira.

Percobaan dilakukan sedemikian rupa dengan menyediakan semacam tuas yang dihubungkan dengan aliran listrik. Tikus itu dapat menggerakkan tuas itu untuk memperoleh aliran listrik yang mengena langsung pada daerah sistem limbik di otaknya. Terlihat bahwa rasa nikmat itu demikian hebat sehingga tikus tersebut terus mengulanginya menekan tuas itu sebanyak 5000 kali dalam 1 jam. Meski haus, lapar ataupun ingin kawin, tampaknya dia lebih memilih untuk menekan tuas itu meskipun ketika mereka dalam keadaan senang, mereka tidak begitu peduli pada rasa sakit di tubuhnya. beberapa tikus begitu senangnya menekan tuas dan memperoleh kenikmatan terlalu banyak, sehingga pada akhirnya pingsan karena kelelahan.

Sekarang banyak psikolog semakin yakin bahwa hewan menyusui termasuk manusia memiliki sirkuit-sirkuit dalam otak yang berhubungan dengan kesenangan, dan sirkuit tersebut rupanya terletak di hampir seluruh permukaan otak termasuk frontal lobe dari cortex. Kita belum mengetahui sampai saat ini bagaimana cara kerja daerah tersebut. Beberapa ilmuwan perilaku berpendapat bahwa sebelum dilahirkan manusia sudah di programkan untuk mengalami dua macam kenikmatan. Reseptor rangsangan indera yang berhubungan dengan kenikmatan di daerah tertentu di otak akan menjadi aktif bila ada kebutuhan biologis seperti lapar, haus, pemenuhan kebutuhan itu akan menimbulkan rasa lega sebagai suatu kenikmatan yang ringan dan juga kegembiraan. Harapan akan kegembiraan ini dapat dipandang sebagai insentif yang mendorong hewan itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perangsangan yang berpusat pada kenikmatan tampaknya tidak dapat terus memberikan kenikmatan sepanjang waktu. Keinginan terus-menerus merangsang pusat kenikmatan mungkin (dan mungkin tidak) di pengaruhi oleh kebutuhan sesaat yang mendesak. Terdapat juga bukti bahwa pusat kenikmatan terangsang sewaktu hewan belajar dan mengingat, dalam hal ini neurotransmitter dopamin turut berperan.

Bagaimana orang akan bereaksi bila pusat kenikmatan di otaknya memperoleh rangsangan? Sejak awal tahun 1950-an dr Robert Heath telah sering menggunakan perangsangan terapeutik untuk mengobati penderita keluhan nyeri menahun dan untuk mengendalikan tipe perilaku problematis tertentu. Pada salah satu usahanya, Heath dan teman-temannya mencoba menolong orang yang tiba-tiba terserang tidur yang amat dalam, kelemahan otot, kegiatan impulsif, sebuah gejala dari dua orang pria yang menderita epilepsi. Para peneliti ini menaruhkan sejumlah elektroda ke dalam otak pasien. Enam bulan setelah pria itu sembuh dari pembedahan, dimulailah pengamatan, pasien tersebut dapat merangsang daerah otak tertentu dengan cara menekan tombol yang dipasang pada ikat pinggangnya. Perangsangan pada daerah tertentu menimbulkan perasaan "nyaman dan nikmat" atau "gairah seksual" atau menghilangkan "pikiran jahat" atau menimbulkan "rasa dingin". Perangsangan daerah lain menimbulkan rasa "mabuk". Penelitian yang dilakukan oleh Heath dan teman-temannya memperlihatkan bahwa manusia tidak terlalu rakus untuk menekan tombol itu secara terus-menerus seperti tikus percobaan. Pasien menekan tombol kenikmatan dengan berbagai macan tujuan disamping agar merasa gembira. Pada beberapa orang, tombol ditekan untuk memperoleh kenangan masa lalu atau untuk menghilangkan gejala tertentu. Perangsangan untuk memperoleh kenikmatan itu tampaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang menggembirakan seperti apa yang diharapkan. Terhadap kemungkinan orang akan tergantung pada perangsangan otak seperti itu, nampaknya tidak menimbulkan persoalan serius.

Pembedahan untuk mengendalikan perilaku yang kejam dan penuh kekerasan seringkali disebut sebagai bedah psikologis. Beberapa psikolog yakin bahwa bedah otak untuk tujuan pengobatan dapat dibenarkan karena dapat menolong banyak orang, misalnya, terlalu sering marah, murung, agresi, terlalu aktif dan nyeri berkepanjangan. Para ahli bedah syaraf berpendapat bahwa merangsang dan mencatat kegiatan dari otak banyak membantu dokter mengenali dan menghancurkan jaringan yang menimbulkan masalah tanpa harus menganggu jaringan lain yang masih baik. Tapi banyak pula ilmuwan perilaku meragukan bedah otak dengan alasan :
-sirkuit otak tertentu memainkan peran ganda
-peta otak manusia masih dianggap kasar dan belum lengkap
-bedah otak tidak mungkin diperbaiki kembali
-akibat bedah otak dalam jangka panjang yang sulit diketahui



beberapa kasus pengadilan akhir-akhir ini juga masih menunggu bedah otak ini, yang mula-mula nampak bermanfaat, namun justru menimbulkan masalah serius, dan khawatir bedah psikologis akan disalahgunakan.

Senin, 21 November 2011

Penelitian Tentang Meditasi

       


Meditasi di bagi menjadi 2 yaitu :
-meditasi konsentrasi (hindu, budha, zen).
-meditasi sikap penuh perhatian.

Meditasi sikap penuh perhatian adalah jalan menuju perubahan kepribadian. Dalam menggunakan sikap penuh perhatian orang tidak perlu mengatur arus kesadaran, tapi berusaha mencapai kesadaran penuh terhadap setiap dan semua isi jiwa. Disini orang tidak membiarkan perhatian terpusat pada perasaan atau pikiran tertentu, melainkan berusaha mempertahankan sikap menjadi saksi yang netral terhadap semua perasaan dan pikiran. Dalam permulaan pendekatan ini memerlukan sikap penuh perhatian dimana orang yang bermeditasi mengadapai setiap pengalaman, setiap peristiwa kejiwaan, seolah semua itu baru terjadi untuk pertama kalinya.

Ia membatasi perhatiannya sekedar untuk mencatat setiap moment kesadaran secara berturut-turut. Apabila kemudian muncul rentetan asosiasi, kategorisasi, reaksi afektif jiwa, orang yang bermeditasi melakukan hal-hal itu juga sebagai objek perhatian semata-mata. Ia tidak menolak juga tidak mengejarnya, melainkan segera mengeluarkan dari kesadaran setelah orang itu mencatatnya. Orang yang bermeditasi memberikan nilai sama untuk masing-masing dan setiap objek kesadaran. Ia tidak mengistimewakan sesuatu sebagai figur kognitif dan juga tidak membuangnya sekedar menjadi latar belakang.

Sangat sulit pada permulaan, melepaskan diri dari kebiasaan persepsi dan berpikir seseorang dengan cara seperti ini. Orang akan terus menerus terseret dalam suatu rentetan pikiran, dan membiarkan sikap penuh perhatiannya buyar. Sikap penuh perhatian bekerja dengan baik apabila konsentrasi orang yang bermeditasi cukup kuat untuk menjaga agar jiwa selalu siap mencatat setiap persepsi dan pikiran. Tapi konsentrasi ini tak boleh begitu kuat, sampai-sampai proses ini berhenti manakala sikap penuh perhatiannya meningkat. Ilusi normal tentang kontinuitas jiwa dan pikiran logis dipatahkan, orang mukai menyadari satuan-satuan acak dan terpisah-pisah dengan mana secara terus menerus jiwa membangun suatu kenyataan. Bila sikap penuh perhatiannya begitu kuat sehingga berupa kesinambungan tanpa sesuatupun momen kelupaan, maka mulailah tahap kedua proses ini yaitu tahap pemahaman atau insight (vipassana). Datangnya pemahaman ini ditandai oleh persepsi yang semakin halus dan semakin tepat terhadap aneka kegiatan jiwa. Orang kemudian menginsyafi bahwa jiwanya dalam keadaan terus-menerus berubah dan menyaksikan kombinasi-kombinasi faktor jiwa yang begitu banyak, yang mengalir di dalamnya. Jiwa yang bersifat selalu berubah dan impersonal ini menyebabkan orang pada akhirnya ingin melarikan diri dari dunia pengalaman. Akhirnya pemahaman mencapai puncaknya dalam nibbana, yaitu berhentinya secara total proses kejiwaan yang disebut keadaan "nirvana". Dalam nirvana orang tidak mengalami apapun juga tidak ada kebahagiaan atau ketenangan hati.

Nirvana adalah keadaan yang lebih hampa dari pada jhana.
Dalam abidhamma, nirvana dikatakan membawa perubahan yang radikal dan kekal pada keadaan jiwa seseorang. Inilah jalan menuju kepribadian yang sehat. Orang telah membasmi kecenderungan laten faktor yang tidak sehat. Jika nirvana semakin dalam maka faktor yang tidak sehat tidak akan muncul dalam jiwa seseorang. Seorang meditator yang dapat mencapai tahap ini disebut Arahat.
Rune Johansson dalam 'The Psychology Of Nirvana' (1970) telah memilih sumber-sumber dari abidhamma sifat-sifat kepribadian sehat arahat :
  • Bebas dari : ketamakan terhadap hasrat-hasrat inderawi, kecemasan, kebencian, ketakutan, aneka macam dogmatisme (bahwa inilah atau itulah yang benar), kemuakan terhadap kondisi-kondisi seperti kehilagan, dipermalukan, rasa sakit, dipersalahkan, perasaan hawa nafsu atau marah, pengalaman-pengalaman penderitaan, kebutuhan akan peneguhan, kenikmatan atau pujian, keinginan akan sesuatu untuk diri sendiri melebihi hal-hal pokok dan diperlukan.
  • Kaya dengan : sikap netral terhadap orang lain dan tenang dalam situasi kesiapsiagaan dan kegembiraan dalam menghadapi pengalaman secara tenang, tak peduli apakah pengalaman itu biasa saja atau malah membosankan, perasaan belas kasihan yang kuat dan kebaikan hati yag penuh kasih, persepsi yang cepat dan tepat, ketenangan dan ketrampilan dalam bertindak, keterbukaan pada orang lain dan kepekaan terhadap kebutuhan mereka.

Senin, 14 November 2011

Penelitian Tentang Cinta


Cinta Passionate


Cinta merupakan hubungan sosial atau penetrasi sosial antar individu. Cinta lebih dari sekedar rasa suka yang kuat. Sebagian besar dari kita tahu ada orang yang kita sukai tapi tidak kita cintai dan sebagian dari kita bahkan merasakan cinta passionate terhadap orang yang tidak terlalu kita sukai. Salah satu riset pertama yang mempelajari cinta romantis menghasilkan sejumlah pernyataan yang dipikir orang mencerminkan 'menyukai' dan 'mencintai' dan membentuk skala terpisah untuk mengukur masing-masingnya (Rubin 1973). Butir-butir pada skala menyukai menilai sampai tingkat mana orang lain dapat disukai dan dihormati, dihargai dan memiliki kedewasaan serta pertimbangan yang baik. Butir-butir pada skala cinta menilai 3 tema utama yaitu : rasa perlekatan ("sulit bagi saya untuk hidup tanpanya"...), rasa ingin memperhatikan orang lain ("saya akan melakukan apa saja untuk"...) dan rasa percaya ("saya rasa, saya dapat mempercayai...dalam hampir segala hal...").

Konsep cinta romantis adalah konsep kuno, tapi keyakinan bahwa hal itu berkaitan dengan perkawinan merupakan hal yang lebih mutakhir dan jauh dari universal. Pada masyarakat timur, perkawinan dianggap sebagai urusan yang saling mengikat dan berkaitan dengan masalah finansial yang tak ada sangkut pautnya dengan cinta. Pada sebagian masyarakat lain, kaitan antara cinta dan perkawinan menjadi semakin kuat dalam 25 tahun terakhir. Selama bertahun - tahun mahasiswa perguruan tinggi telah ditanya : "jika seseorang memiliki kualitas yang anda inginkan, apakah anda akan menikah dengan orang itu jika anda tidak mencintainya"?. Pada tahun 1967 sektar 65% pria, tapi hanya 24% wanita mengatakan bahwa mereka menolak menikah dengan orang tersebut (sebagian besar wanita tak memberi jawaban, hanya 4% yang mengatakan ya!)(Kephart 1967).

Pergerakan kewanitaan modern baru dimulai pada saat itu dan mungkin wanita tersebut lebih mungkin dibanding dengan wanita sekarang untuk menganggap perkawinan sebagai kondisi yang penting untuk keamanan finansial mereka sendiri. Saat survey diulangi tahun 1984, 85% pria menolak menikah tanpa cinta.
Beberapa ilmuwan sosial telah berupaya membedakan jenis-jenis cinta, salah satu perbedaan yang paling banyak diterima adalah Cinta Passionate dan Cinta Companionate.
Cinta Passionate didefinisikan sebagai keadaan emosional kuat dimana kehangatan dan perasaan seksual, elasi dan nyeri, kecemasan dan peredaan, altruisme dan cemburu berada bersama-sama dalam suatu campuran perasaan. Telah di duga bahwa pengalaman cinta passionate mengkombinasikan rangsangan fisiologis dengan persepsi bahwa rangsangan itu ditimbulkan oleh orang yang dicintai.
Sedangkan Cinta Companionate didefinisikan sebagai kasih sayang yang kita rasakan terhadap mereka yang sangat terlibat dalam kehidupan kita. Karakteristik cinta companionate adalah rasa saling percaya, memperhatikan, toleransi terhadap kelemahan dan idiosinkrasi (keanehan, keistimewaan) pasangan dan suasana emosional kehangatan dan kasih sayang ketimbang gairah emosi yang tinggi.

Banyak pria dan wanita muda pada survey tahun 1984 yang disinggung diatas menyatakan bahwa cinta menghilang dari perkawinan, hal itu telah menjadi alasan tepat untuk mengakhirinya. Orang-orang tersebut yang menyamakan cinta hanya dengan varian passionate lebih mungkin mengalami kekecewaan. Pasangan yang berhasil membina hubungan jangka panjang menyadari elemen companionate dari hubungan mereka. salah seorang peneliti menduga bahwa, saat hubungan berjalan terjadilah saling ketergantungan dan potensi untuk ikatan emosional yang kuat benar-benar meningkat. Hal ini dapat dilihat jika pasangan yang tlah lama mengalami perasaan kesepian yang kuat dan ingin sementara berpisah satu sama lain atau di dalam kesepian emosional yang biasanya dialami oleh orang yang kehilangan pasangannya yang telah lama. Tapi secara paradoksikal karena pasangan companoinate menjadi sangat cocok dan terkoordinasi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Frekwensi sesungguhnya ikatan emosional yang kuat biasanya cukup rendah, kepentingan cinta companionate diilustrasikan dalam penelitian yang membandingkan perkawinan yang telah lama di USA dimana suami istri menyatakan bahwa mereka menikah karena cinta dengan perkawinan di jepang yang telah diatur oleh orang tua. Seperti kita duga, perkawinan di USA dimulai dengan tingkat ekspresi cinta dan seks yang tinggi di banding dengan di jepang. Tetapi besarnya cinta yang diekspresikan menurun pada kedua kelompok setelah 10 tahun. Tapi meurunnya cinta yang terekspresi tidak selalu menyatakan kegagalan perkawinan. Banyak pasangan dalam penelitian ini melaporkan perkawinan yang sangat memuaskan, perkawinan yang telah berkembang menjadi cinta companionate yang mendalam ditandai oleh komunikasi antara pasangan, pembagian tugas yang seimbang, kekuatan pengambilan keputusan yang seimbang. Merupakan berita gembira bagi pendukung kesetaraan gender.
Klassifikasi cinta yang lebih mirip tapi terdifferensiasi yaitu terbagi menjadi 3 komponen : Keintiman adalah komponen emosional dan melibatkan kedekatan dan berbagi perasaan, Gairah (passion) adalah komponen motivasional yang mencakup daya tarik seksual dan perasaan romantic "sedang jatuh cinta". Komitmen adalah komponen kognitif yang mencerminkan keinginan seseorang untuk tetap mempertahankan hubungan. Dengan memgkombinasikan komponen diatas dijadikan 8 jenis hubungan cinta. Cinta Passionate : cinta infatuated dan cinta romantic keduanya ditandai dengan gairah tinggi dan komitmen rendah, cinta infatuated memiliki keintiman rendah sedang cinta romantic memiliki keintiman tinggi. Cinta Companionate memiliki keintiman dan komitmen yang tinggi tapi gairah yang rendah. Klassifikasi cinta yang lain didasarkan pada gaya perlekatan dewasa yang analog dengan gaya perlekatan pada masa bayi. Klasifikasi lain mengambil analogi warna dengan menyatakan 3 warna cinta primer dan 3 warna cinta sekunder. Tapi upaya terakhir untuk mengintegrasikan beberapa klasifikasi tersebut memberi hasil yang tidak konsisten.

Teori Organismic Kurt Goldstein

1. Struktur organisme
Organisme terdiri atas figur dan latar belakang. Figur adalah proses yang muncul dan menonjol dari setiap latar belakang aktivitas pokok yang dilakukan oleh individu. Tingkah laku terdiri atas : perbuatan (aktivitas yang dilakukan dengan sengaja), sikap (suasana hati, perasaan, pengalaman batin), dan proses (fungsi jasmaniah yang hanya dialami secara tidak langsung).

2. Dinamika organisme
 - proses ekualisasi atau pemusatan organisme : tujuan dari orang normal tidak hanya melepaskan tegangan
   membuatnya menjadi seimbang.
 - aktualisasi diri atau realisasi diri : bila orang lapar ia akan mengaktualisasikan diri dengan makan.
 - penyesuaian dengan lingkungan : lingkungan merangsang organisme atau merangsang dengan berlebihan
   hinga keseimbangan organisme terganggu, dilain pihak organisme tersebut mencari dari lingkungan apa
   yang dibutuhkan.

Senin, 10 Oktober 2011

Perkembangan Psikologis Manusia

Perkembangan adalah suatu rangkaian perubahan yang progresif, teratur dan koheren menuju kedewasaan. Prinsip ini menekankan bahwa berkembang itu secara eksplisit berarti maju terus dengan teratur.
Perkembangan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan secara berpasangan yang bekerja bersama dalam bentuk proses maturisasi (penyempurnaan, pelengkapan, dan pematangan alat-alat tubuh yang alamiah) dan proses learning (belajar melalui pengalaman, latihan dan pendidikan).
Dan akhirnya, perkembangan adalah sesuatu yang bersifat kontinyu.

1. Tahap perkembangan psikologis berdasar unsur-unsur biologis

Menurut pendapat Aristoteles :
- tahap 1 dari umur 0,0 s/d 7,0 adalah masa bermain.
- tahap 2 dari umur 7,0 s/d 14,0 adalah masa belajar atau masa sekolah rendah.
- tahap 3 dari umur 14,0 s/d 21,0 adalah masa pubertas dan peralihan dari anak-anak ke dewasa.

Menurut pendapat Kretschmer :
- tahap 1 dari umur 0,0 s/d 3,0 tubuh anak kelihatan pendek dan gemuk.
- tahap 2 dari umur 3,0 s/d 7,0 tubuh anak kelihatan langsing atau memanjang.
- tahap 3 dari umur 7,0 s/d 13,0 tubuh anak kelihatan gemuk kembali.
- tahap 4 dari umur 13,0 s/d 20,0 tubuh kelihatan langsing kembali.

Menurut Freud, energi psikologis dibagi menjadi Id, Ego dan Superego, fase perkembangannya adalah :
- fase oral, dari umur 0,0 s/d 1,0 mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik.
- fase anal, dari umur 1,0 s/d 3,0 dorongan dan tahanan terpusat pada fungsi-fungsi pembuangan kotoran.
- fase falix, dari umur 3,0 s/d 5,0 daerah alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
- fase laten, dari umur 5,0 s/d 12,0 impuls-impuls cenderung pada keadaan mengendap.
- fase pubertas, dari umur 12,0 s/d 20,0 impuls-impuls menonjol kembali, apabila impuls dapat dipindahkan
  oleh ego, maka sampailah pada fase genital.
- fase genital, yaitu individu yang telah siap untuk terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Tahap perkembangan berdasarkan instruksional.

Dasar-dasar instruksional dapat melalui beberapa kemungkinan yaitu :
- apa yang harus diberikan kepada anak didik pada masa tertentu.
- bagaimana cara mengajar atau menyajikan pengalaman belajar kepada anak didik pada masa tertentu.

Menurut Comenius :
- sekolah ibu (schola materna), untuk anak-anak umur 0,0 s/d 6,0.
- sekolah bahasa ibu (schola vernicula), untuk anak-anak umur 6,0 s/d 12,0.
- sekolah latin (scola latina), untuk anak-anak umur 12,0 s/d 18,0.
- akademi (academia), untuk remaja umur 18,0 s/d 24,0.

Menurut J. J. Rousseau :
- tahap 1 dari umur 0,0 s/d 2,0 adalah masa asuhan.
- tahap 2 dari umur 2,0 s/d 12,0 adalah masa pendidikan jasmani dan panca indera.
- tahap 3 dari umur 12,0 s/d 15,0 adalah masa pendidikan kal.
- tahap 4 dari umur 15,0 s/d 20,0 adalah masa pendidikan watak dan agama.

3. Tahap-tahap perkembangan berdasarkan psikologis.

Pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu pada tahun ke-3 dan tahun ke-4 dan kegoncangan pada masa pubertas.
- dari lahir sampai dengan masa kegoncangan pertama disebut masa kanak-kanak.
- dari masa kegoncangan pertama sampai dengan masa kegoncangan ke-2 disebut masa keserasian sekolah.
- dari masa kegoncangan ke-2 sampai akhir masa remaja disebut masa kematangan.

Menurut pendapat Piaget :
- fase senso-motorik yang berlangsung dari umur 0,0 s/d 2,0.
- fase pre-operational yang berlangsung dari umur 2,0 s/d 7,0.
- fase operational yang berlangsung dari umur 7,0 s/d 12,0.
- fase formal-operational dimulai dari sejak individu berumur 12,0.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia :

- faktor endogen yaitu sifat yang dibawa individu sejak lahir dan merupakan faktor keturunan.
- faktor hubungan individu dengan lingkungannya, berupa lingkungan fisik (tanah, air , udara) dan lingkungan
  sosial (interaksi antar individu, baik individu yang saling mengenal maupun yang tidak saling mengenal).

Senin, 26 September 2011

Memahami Schizophrenia



Hasil scan otak pada penderita schizo.



Schizophrenia adalah penyakit kejiwaan yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Kekacauan pikiran dan perhatian, kata-kata dan frase-frase dalam pembicaraan orang schizophrenia memang bermakna tapi hubungan antara kata dan frase tidak ada sama sekali. Adanya kesulitan untuk menyaring stimulus dari luar. Individu tersebut menanggapi banyaknya stimulus yang masuk secara bersamaan dan sulit mengambil makna dari masukan yang banyak tersebut. Pembicaraan yang tak ada ujung pangkalnya, mencerminkan gangguan assosiasi yang tidak relevan.
  2. Kekacauan persepsi, dalam episode akut dilaporkan bahwa dunia menjadi tampak lain, suara lebih keras, warna lebih mencolok, tubuh tampak tidak sama, tidak mengenali diri sendiri dalam cermin, ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai satu keseluruhan (tidak bisa melihat perawat sebagai seorang manusia tapi hanya bagian-bagian tubuhnya saja).
  3. Kekacauan afektif, tidak mampu memberi respon emosional yang wajar, memgungkapkan perasaan yang tidak sesuai situasi atau pikiran yang dikatakan.
  4. Penarikan diri dari realita, menarik diri dari pergaulan dan asyik dengan khayalannya sendiri dan menjadi intens, sehingga tidak mengenal hari, bulan dan tahun serta dimana ia berada.
  5. Delusi dan halusinasi, delusi yang paling umum adalah keyakinan bahwa kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut. Juga seringkali terdapat keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu mengancam dan secara diam-diam merencanakan perlawanan pada orang itu. Yang kurang umum adalah bahwa orang tersebut sangat kuat dan penting sekali (grandeur). Halusinasi dapat terjadi sendiri atau karena keyakinan delusi halusinasi auditorik yang biasanya berupa suara-suara yang menyatakan pada individu tersebut tentang apa yang harus dilakukannya, juga terdapat halusinasi visual dan sensorik.

Memahami Gangguan Afektif

Seasonal Affective Disorder.


Hampir setiap orang pernah mengalami depresi. Situasi yang paling sering menyebabkan depresi adalah kegagalan di sekolah, tempat kerja, kehilangan orang yang dicintai dan kesadaran bahwa penyakitnya menghabiskan uang orang lain. Depresi dianggap abnormal hanya bila deperesi itu diluar kewajaran dan berlanjut sampai saat-saat dimana kebanyakan orang sudah pulih kembali.
Menurut teori psiko-analisa, depresi ditafsirkan sebagai suatu reaksi kehilangan (kehilangan orang yang dicintai, kehilangan kedudukan, dukungan moral dari teman). Orang depresi bereaksi dengan kehilangan itu dengan intens karena situasi baru itu membawanya kembali kepada semua bentuk ketakutan da perasaan kehilangan pada masa lalu yang terjadi pada masa kanak-kanak yaitu kehilangan kasih sayang orang tuanya. Karena beberapa hal kebutuhan individu tersebut akan kasih sayang dan perhatian tidak terpenuhi pada masa kecilnya. Suatu kehilangan dalam kehidupannya dikemudian hari dapat menyebabkan individu mundur (regress) pada keadaan tergantung dan tak berdaya ketika kehilangan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena sebagian dari perilaku orang depresi tersebut mencerminkan suatu jerita cinta, suatu tanda ketakberdayaan dan seruan untuk memperoleh kasih sayang dan rasa aman. Reaksi kehilangan bercampur dengan perasaan marah terhadap orang yang meninggalkan. Asumsi yang mendasari teori psiko-analisa ialah orang yang cenderung mendapat depresi telah belajar menekan rasa bencinya karena mereka takut ditinggalkan oleh mereka yang memberi dukungan kepadanya. Orang ini dapat pula salah kaprah dengan mengalihkan kemarahannya pada dirinya sendiri.

Senin, 12 September 2011

Teori Emosi

Tidak ada perbedaan yang jelas antara motivasi dan emosi. dasar paling umum untuk membedakan keduanya berasumsi bahwa, biasanya ditimbulkan oleh stimulus eksternal dan bahwa ekspresi adalah emosi yang diarahkan pada stimulus dalam lingkungan yang menimbulkan emosi tersebut. Sebaliknya motivasi lebih sering ditimbulkan oleh stimulus internal dan biasanya di arahkan pada subyek tertentu dalam lingkungan, misalnya : makanan, air, teman kencan. Motivasi biasanya memusatkan diri pada aktivitas yang terarah kepada tujuan. Dalam emosi perhatian kita terpusat pada pengalaman efektif dan subyektif yang menyertai perilaku kita lebih menyadari kita bila upaya untuk mencapai tujuan tersebut mendapat hambatan (emosi marah, putus asa) dan bila tujuan tercapai (senang, bahagia, gembira).

Teori Proses Tandingan (Solomon dan Carbit 1974, Solomon 1970)
Teori ini berasumsi bahwa, otak diatur untuk melawan atau menekan respon emosional, baik respon yang menyenangkan maupun yang aversif. Jika suatu peristiwa menimbulkan suatu keadaan emosional, keadaan emosional yang berlawanan (keadaan yang cenderung menghapus keadaan awal tadi) akan segera diaktifkan segera setelah itu. Singkat kata dapat disebut sebagai 'keadaan A' dan lawannya 'keadaan B' (keadaan B merupakan proses yang ditimbulkan bila keadaan A menjadi aktif). Efek pemaparan ulang stimulus yang membangkitkan emosi dapat digambarkan melalui pengujian dinamika emosi yang berkaitan dengan penggunaan zat adiktif misalnya, sedikit dosis Morfin menimbulkan pengalaman 'nikmat tiada tara', digambarkan sebagai semacam kenikmatan seksual yang kuat yang dirasakan diseluruh tubuh. Pengalaman itu diikuti keadaan euphoria yang kurang kuat. Setelah penggunaan obat dihentikan, pemakai mengalami kecanduan yang aversif yang disebut 'penghindaran' yang beberapa saat kemudian memudar. Morfin tersebut menimbulkan tingkat puncak untuk keadaan A (pengalam seksual yang kuat), diikuti penurunan intensitas (euphoria). Ketika dosis obat tersebut kehilangan efeknya (keadaan B/penghindaran) timbul dan kemudian menghilang secara bertahap.
Jika dosis obat sering diulang, pengalaman emosi tersebut akan berubah. Pengalaman seksual yang kuat tidak dapat lagi dialami dan euphoria hanya sedikit, sindrom penghindaran menjadi lebih kuat dan durasinya menjadi lebih lama yang mendorong untuk meningkatkan dosis obat. Jadi terbentuklah lingkaran setan. Semakin sering obat digunakan, proses tandingan menjadi semakin kuat dan berlangsung lebih lama.

Senin, 15 Agustus 2011

Faktor Motivasi Dalam Agresi



Teori psiko-analis mengatakan adanya naluri agresif bawaan yang menyebabkan orang bertindak agresif. Sedangkan teori dorongan mengatakan adanya frustasi yang menyebabkan adanya dorongan untuk bertindak agresif sehingga diekspresikan dengan perilaku agresif. Sedangkan teori belajar sosial mengatakan bahwa adanya pengalaman aversif masa lalu yang menyebabkan keterbangkitan emosi berupa emosi ketergantungan, emosi prestasi, pengunduran atau penyerahan diri, emosi agresi. Dalam teori belajar sosial juga mengatakan adanya pertimbangan insentif yang menjadikan perilaku yang antisipasikan untuk masa depan dan perilaku tersebut mencakup gejala psiko-somatisme, penggunaan drugs dan usaha pemecahan masalah secara konstruktif.

Respon Seksual Pada Wanita



Menurut telaah Masters dan Johnsons (1966) tingkat minat seksual pada wanita mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama sifat hubungan dengan pasangan pada saat ini, usia, sikap terhadap seks, siklus hormonal, termasuk paling tidak pada beberapa wanita adalah siklus menstruasi.

1. Fase rangsangan seksual
Mengacu pada respon anatomis dan fisiologis terhadap kegiatan atau pemikiran seksual yang merangsang dari titik paling rendah hingga rangsangan seks tinggi. Kebanyakan perubahan yang terjadi diakibatkan oleh peningkatan aliran darah ke dalam organ kelamin dan adanya perubahan lokal dalam pembuluh darah organ tersebut. Hal ini menyebabkan pembesaran dan pelumasan vagina dimulai 30 detik setelah rangsangan dan terjadi ekspansi dan distensi 2/3 bagian dalam vagina. Sumber pelumasan vagina seluruhnya bersifat intra-vaginal, karena cairan mungkin tetap tinggal di dalam vagina, kecuali dikeluarkan oleh jari atau karena pelumasan berat. Kadang-kadang satu atau kedua partner mempunyai asumsi yang salah, yaitu bahwa liang vagina yang kering berarti si wanita tidak bergairah. Kedua, walau perubahan fisiologis selama perangsangan seks mungkin berlanjut terus jika rangsangan seks dilanjutkan, terutama pada saat masturbasi. Pengalaman subyektif wanita merupakan deretan gelombang menaik dan menurunnya gairah atau ketegangan seks. Hal ini penting bagi wanita yang sulit bangkit gairahnya karena ia menjadi cemas jika gelombang gairahnya berkurang, kecemasan itu menghambat timbulnya gairah selanjutnya. Ketiga, kecepatan intensitas perubahan selama fase rangsangan sangat bervariasi pada setiap kegiatan seks pada wanita. Selama masturbasi fase biasanya cepat, beberapa wanita mampu orgasme dalam waktu 2 menit setelah mulai masturbasi. Hal ini sangat kontras dengan keyakinan yang dipegang teguh bahwa biasanya wanita jauh lebih lambat memberi tanggapan dibanding pria. Pada fase ini klitoris seringkali sangat sensitif, terjadi pembengkakan pada kepala klitoris dan memanjangnya batang klitoris, sehingga banyak wanita menganggap hubungan langsung pada kepala klitoris sangat menyakitkan. Pada fase ini labia major sedikit berpisah dan diameter meningkat, juga pada labia minor terjadi penebalan dan ekspansi, tubuh uterus terangkat dan leher uterus naik dari dasar vagina, juga terjadi ereksi puting susu (tidak pada semua wanita dan mungkin tertunda).

2. Fase Plateau
Fase ini merupakan tahap gairah atau ketegangan seksual yang tinggi. Selama ketegangan ini biasanya gairah seks agak mendatar. Ketegangan ini juga merupakan tahap yang mendahului tingkat ambang rangsang yang dibutuhkan untuk menimbulkan orgasme. Lamanya fase ini sangat bervariasi. Dalam fase ini terjadi pembengkakan 1/3 bagian luar vagina(orgasmis platform) mengarah ke penyempitan lubang vagina, distensi selanjutnya dari 2/3 bagian dalam vagina, Mundurnya kepala klitoris dan batang kedalam tudung klitoris dan menekan simfisis pubic, kadang-kadang partner wanita salah menduga  bahwa hilangnya klitoris berarti wanita tidak bergairah lagi. Dalam fase ini terjadi pembesaran labia major lebih lanjut, perubahan labia minor menjadi merah gelap atau warna anggur, kenaikan uterus lebih lanjut, dan terjadi pembesaran buah dada dan pembengkakan areolar.

3. Fase orgasme
Munculnya orgasme di dahului oleh perasaan "orgasme tak terhindarkan". Orgasme mungkin ditimbulkan oleh refleks saraf sebagai respon terhadap vasokongesti genital luar. Orgasme diasosiasikan dengan perasaan nikmat yang bervariasi intensitasnya pada setiap kesempatan. Otot pubo-cocygeus berkonstraksi secara ritmis. Jumlah kontraksi bervariasi antara 5-15 kali. Tidak semua wanita menyadari kontraksi tersebut. Kontraksi dari 1/2 bagian luar vagina secara bertahap kemudian hilang. Juga terjadi kontraksi uterus pada bagian fundus hingga ke cerviks. Masih terjadi pembesaran buah dada dan perubahan warna pada labia major dan labia minor. Salah satu kesimpulan penting yang dicapai Masters dan Johnsons (1966) adalah tidak terdapatnya perbedaan fisiologis antara orgasme yang diakibatkan oleh rangsangan klitoris secara tidak lansung selama bersenggama dan yang terjadi sebagai tanggapan terhadap rangsangan klitoris secara langsung. Penemuan ini sedikit-banyak menggugurkan pendapat psiko-analis yang telah mendominasi bidang seksual wanita, bahwa "orgasme vaginal" bersifat superior dalam arti menunjukkan kematangan seksual yang lebih besar ketimbang "orgasme klitoris". Siklus respon seks wanita tampaknya tidak mencakup periode penyusutan (refractory) yang merupakan ciri khas respon seks pria. Jadi beberapa wanita mampu mengalami orgasme kedua segera sesuadah orgasme pertama tanpa kehilangan gairah dan lebih lagi dengan cara serupa, tapi hal ini tidak berlaku bagi semua wanita. Demikian juga jumlah orgasme yang mungkin dialami oleh seorang wanita tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan seksnya. Juga cukup lazim bahwa wanita tidak mengalami orgasme meski tingkat gairah seks sangat tinggi. berbeda dengan pria, beberapa wanita melaporkan bahwa mereka tidak begitu membutuhkan orgasme setiap kali bercinta. Apakah ini pengaruh fisiologis atau budaya? tidaklah jelas, akan tetapi partner prianya yang paling menginginkan bila si wanita dapat orgasme guna memenuhi kecemasan tentang kejantanannya. Tekanan psikologis semacam itu dapat mengganggu kenikmatan seksual wanita. Sebaliknya juga terdapat banyak wanita yang tidak pernah atau jarang orgasme dan hal ini membuat mereka sangat frustasi.

4. Fase resolusi.
Selama fase ini perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi dalam ke-3 fase sebelumnya dibalik hingga kembali normal. Seperti sebelum bergairah, fase ini disertai perasaan relaksasi dan kepuasan. Pada fase ini ditandai dengan hilangnya bengkak vagina dan distensi klitoris, turunnya cerviks dan kembali normalnya pembengkakan pada puting susu. Fase ini sangat penting dalam hubungan seks karena meski gairah seks tinggi dan orgasme seringkali merupakan pengalaman yang sangat pribadi. Saat ini merupakan saat dimana pasangan berbagi perasaan dan mengalami perasaan keakraban yang unik disertai perasaan relaksasi yang mendalam yang menyertai hilangnya ketegangan otot secara cepat. Sebaliknya jika partner saling menutup diri, hal ini menyebabkan perasaan penolakan yang dapat menodai pengalaman seks secara keseluruhan. Kecepatan terjadinya resolusi bervariasi menurut sifat sisa siklus respon seksual dan faktor lain misalnya, usia dan apakah wanita itu punya anak. Seperti halnya sering terjadi pada masturbasi, jika siklus respon seks cepat, maka resolusi juga berlangsung cepat. Jika siklus lebih panjang maka resolusi terjadi lebih lambat, resolusi juga lebih lambat bila keadaan ketegangan seks tinggi telah dicapai namun tanpa terjadi orgasme.

Motif Dasar Manusia




1. Pendekatan teoretis terhadap motivasi.                                                                                                     Naluri alamiah (insting) bawaan yang menentukan motivasi. Menurut Mc Dougall motivasi meliputi : kemahiran, rasa ingin tahu, konstruksi, pelarian diri, suka berteman, suka berkelahi, reproduksi, penolakan, merendahkan diri sendiri, penegasaan diri. Menurut Freud, naluri kehidupan diekspresikan dalam perilaku seksual dan naluri kematian yang mendasari tindakan agresif.

2. Lapar : untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.

3. Sexualitas : pada orang laki-laki reaksi pengebiran menjadi rumit karena faktor emosi dan sosial, namun kebanyakan studi menunujkkan sedikit atau tidak adanya pengurangan motivasi sexual. Beberapa wanita menunjukkan peningkatan minat dalam minat sexual setelah menopause, mungkin mereka merasa tidak dihantui kehamilan. Pada wanita minat sex lebih dipengaruhi faktor sosial dan emosional dari pada oleh hormon.

4. Dahaga : kebutuhan fisiologis.

5. Menghindari rasa sakit. Aspek motivasi rasa sakit tergantung dari pengalaman perkembangan visual. deprivasi keindraan (pengurangan keindraan), menyebabkan perasaan mencekam, halusinasi visual, gangguan penyesuaian ruang-waktu, konsentrasi melemah.

6. Maternal motif (perilaku keibuan) : beberapa wanita membuang bayinya yang baru dilahirkan. Pada manusia dan primata pengalaman masa lalu jauh melebihi pengaruh "hormon keibuan" apapun.

7. Rasa ingin tahu dan pencarian rangsangan : kebutuhan rangsangan inderawi dan pencarian sensasi.

8. Penjelajahan dan manipulasi : manusia ingin menjelajah memanipulasi alam yang luasnya tiada batas ini.